Askep Hepatoma
ASKEP HEPATOMA
2.2.1 Pengertian Hepatoma
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan
paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti
limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma.
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati
primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang
berasal dari sel hati.
Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang
merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah
faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis B danC.
2.2.2. Faktor Penyebab Hepatoma
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi
dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini
berhubungan erat dengan sirrhosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun
hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke
dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati
ini.
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker hati ini adalah aflatoksinB1
yaitu racun yangdihasilkan oleh sejenis jamur Aspergillus flavus yang
terkontaminasi dan melekat pada permukaan makanan seperti beras, kacang,
gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada tempat yang panas dan
lembab. AflatoksinB1 yang ikut masuk ke tubuh melalui makanan diperkirakan
dapat memicu mutasi P53 gene di dalam sel hati yang seterusnya menimbulkan
kanker sel hati.
Bahan-bahan Hepatokarsinogenik SEPERTI:.Bahan-bahan karsinogenik
(penyebab kanker) tertentu juga menyebabkan hepatoma. Di daerah subtropis,
dimana hepatoma banyak terjadi, makanan sering tercemar oleh bahan karsinogenik
yang disebut aflatoksin, yang dihasilkan oleh sejenis jamur :
- Aflatoksin§
- Alkohol§
- Penggunaan steroid anabolic§
- Penggunaan androgen yang berlebihan§
- Bahan kontrasepsi oral§
- Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosi)
2.2.3. Gejala-Gejala Hepatoma
Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh
penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada
permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa keluhan. Lebih
dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada
kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.
Keluhan utama yang sering adalah :
• Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan
atas
• Nafsu makan berkurang,
• Berat badan menurun, dan rasa lemas.
• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan
dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam,
bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar
beberapa minggu sampai bulan..Pemeriksaan Alfa Feto Protein(AFP) sangat berguna
untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoma ini Penggunaan ultrasonografi (
USG ), Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging
(MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor.
2.2.4. Deteksi Dini Hepatoma
Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih dan kian maju pesat, maka
berkembang pulalah cara-cara diagnosa dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa
ini. Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal
terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 – 95% dan pendekatan
laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 – 70%.
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia), yaitu:
a. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
b. AFP (Alphafetoprotein)yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
c. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT
Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron
Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.
d. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
e. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya
satu yaitu kriteria empat atau lima.
2.2.5 Patofisiologi Hepatoma
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang
disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran
hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain.
Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.
Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak
tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai
penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
2.2.6. Stadium Hepatoma
Stadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati.
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada
segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke
lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem
pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya
terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus
kiri hati.
- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler
) ataupun pembuluh empedu (biliary duct)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel)
seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)
- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic
metastase)
2.2.7. Pemeriksaan Laboratorium
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60% – 70%, artinya
hanya pada 60% – 70% saja dari penderita kanker hati ini menunjukkan peninggian
nilai AFP, sedangkan pada 30% – 40% penderita nilai AFP nya normal. Spesifitas
AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang diperiksa darahnya dijumpai
AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab
AFP juga dapat meninggi pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis
hati dan hepatitis kronik, kanker testis, dan terratoma.
A .BIOPSI
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama
ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan
radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma. Tindakan
biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi ini hendaknya dipandu
oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT
scann fluoroscopy sehingga hasil yang diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi
dengan dituntun oleh USG ataupun CTscann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh
pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi
berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga
jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang
tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan
bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
B .RADIOLOGI
Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga kemajuan dalam
bidang radiologi baik peralatannya maupun teknologinya dan peningkatan keahlian
dokter spesialis radiologi di bidangnya sehingga dengan demikianmenghantarkan
radiologi berada di barisan depan dalam penanggulangan penyakit kanker hati ini
dan membuktikan pula dirinya berperan sangat penting untuk mendeteksi kanker
hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya.
Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk
kebulatan (nodule) satu buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan
diffuse (merata) pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan atau
kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.
Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter
spesialisradiologi yang berpengalaman sudah terjamin dapat mendeteksi tumor
dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapatlah menjawab semua pertanyaan seputar
kanker ini antara lain berapa banyak nodule yang dijumpai, berapa segment hati
yang terkena, bagaimana aliran darah ke kanker yang dilihat itu apakah sangat
banyak (lebih ganas), apakah sedang (tidak begitu ganas) atau hanya sedikit
(kurang ganas), yang penting lagi apakah ada sel tumor ganas ini yang sudah
berada di dalam aliran darah vena porta, apakah sudah ada sirrhosis hati, dan
apakah kanker ini sudah berpindah keluar dari hati (metastase) ke organ-organ
tubuh lainnya.
Kesemua jawaban inilah yang menentukan stadium kankernya, apakah pasien ini
menderita kanker hati stadium dini ataustadium lanjut dan juga menentukan
tingkat keganasan kankernya sehingga dengan demikian dapatlah ditaksir
prognosanya, penderita dapat disembuhkan sehingga bisa hidup lama atau sudah
memang tak tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6
bulan.
C . ULTRASONOGRAFI
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang
normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). Bila ada kanker
langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (nodule) berwarna kehitaman, atau
berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi pada tiap pasien
bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada seluruh hati,
ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya
USG conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2 cm –
3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak
harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm – 2 cm13, namun
nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%.
Rendahnya nilai akurasi ini disebabkan walaupun USG conventional ini dapat
mendeteksi adanya benjolan kankernamun tak dapat melihat adanya pembuluh darah
baru(neo-vascular). Neo-vascular merupakan ciri khas kanker yaitu pembuluh
darah yang terbentuk sejalan dengan pertumbuhan kanker yang gunanya untuk
menghantarkan makanan dan oksigen ke kanker itu. Semakin banyak neo-vascular
ini semakin ganas kankernya. Walaupun USG color yang sudah dapat memberikan
warna dan mampu memperlihatkan pembuluh nodule tetapi belum dapat memastikan
keberadaan neo-sehingga dengan demikian akurasi diagnostik hanya sedikit
bertambah menjadiberkisar 60% – 70%.
Dengan pesatnya perkembangan Color Doppler Flow Imaging (CDFI) yaitu USG yang
selain mampu melihat pembuluh darah di sekitar kanker juga mampu pula
memperlihatkan kecepatan dan arah aliran darah di dalam pembuluh darah itu,
sehingga dapat ditentukan resistensi index dan pulsatily index yang dengan
demikian sudah dapat memastikan apakah pembuluh darah yang mengelilingi
noduleitu adalah benar neo-vascularisasi dan berapa banyak . Dengan dapat
dipastikan keberadaan neo-vascularisasi ini makameningkat jadi 80%.
Neo-vascularisasi yang baru masih bisa dilihat dengan cara diberikan suntikan
zat kontras pada penderita sewaktu dilakukan pemeriksaan CDFI USG, zat kontras
itu mampu menembus masuk ke dalam neo-vascularisas yang menyusup di nodule.
Dengan demikian akurasi diagnosa meningkat menjadi 90% dari 1 cm. Dengan Color
Doppler Flow Imaging USG ini juga memungkinkan kita melihat apakah ada portal
vein tumor thrombosis yaitu sel-sel kanker (tumor thrombus) yang lepas dan
masuk ke dalam vena Porta.
Penting sekali memastikan keberadaantumor thrombus di dalam vena porta ini
karena thrombus ini dapat menyumbat aliran darah. Pada keadaan normal semua
makanan yang telah dicernakan oleh usus akan dihantarkan ke hati tumor thrombus
maka hati sehingga sel-sel hati akan mati (necrosis) secara perlahan tetapi
pasti dan ini sangat membahayakan penderita karena dapat terjadi gagal hati
(liver Tumor thrombus ini bisa ukurannya besar sehingga menutup kecil, dan
hanya menutup sebahagian lumen USG ini sudah bisa diarahkan dengan tepat
tindakan pengobatan apa yang paling sesuai dan bermanfaat untuk penderita
apakah akan dilakukan (reseksi hepatektomi partial) atau operasi membuang
sebahagian hati (reseksi hepatektomi partial) atau tidak, apakah bisa
di-embolisasi atau tidak ataukah hanya dilakukan infus kemoterapi
intra-arterial saja. Tapi bila sudah jelas terdapat tumor thrombus di dalam
vena porta dan sudah pula menyumbat vena ini, maka tindakan operatif dan
embolisasi sudah hampir tidak berarti lagi dan satu-satunya cara untuk
menyelamatkan penderita adalah dengan cara transplantasi hati (liver
transplantation).
D . CT SCAN
Di samping USG diperlukan CT scannsebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh
segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya
bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CTscann yang saat ini teknologinya
berkembang pesat telah pula menunjukkan akurasi yang tinggi apalagi dengan
menggunakan teknik hellical CTscann, multislice yang sanggup membuat
irisan-irisan yang sangat halus sehingga kanker yang paling kecil pun tidak
terlewatkan. Lebih canggih lagi sekarang CTscann sudah dapat membuat gambar
kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula
memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
E .ANGIOGRAFI
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil pemeriksaan
USG dan CTscann diperkirakan masih ada tindakan terapi bedah atau non-bedah
masih yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien
yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan
angiografi.
Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker
yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada
USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa
memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.
Lebih lengkap lagi bila dilakukan CT angiographyyang dapatmemperjelas batas
antara kanker dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu
melakukan operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di mana harus dibuat
batas sayatannya.
F .MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Bila CTscann mengunakan sinar X maka MRI ini menggunakan gelombang magnet tanpa
adanya Sinar X. CT angiography menggunakan zat contrast yaitu zat yang
diperlukan untuk melihat pembuluh darah. Tanpa zat ini pembuluh darah tak dapat
dilihat.
Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada
gambaran CTscann yang meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya
radiasi sinar X dan pada penderita yang ada kontraindikasi (risiko bahaya)
pemberian zat contrast sehingga pemeriksaan CTangiography tak memungkinkan
padahal diperlukan gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi dengan
perangkat lunak Magnetic ResonanceAngiography (MRA) sudah pula mampu
menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.11Sayangnya ongkos
pemeriksaan dengan MRI dan MRA ini mahal, sehingga selaluCT scann yang
merupakan pilihan pertama.
G .PET (Positron Emission Tomography)
Salah satu teknologi terkini peralatan kedokteran radiologi adalah Positron
Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker menggunakan
glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose
(FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.
Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel
kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh
dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena kanker. PET dapat menetapkan
tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut penanganan kanker ini
serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat
metastase (penyebaran).
Sayangnya alat ini terlalu mahal harganya sehingga biaya pemeriksaannya sangat
tinggi dan tak terjangkau oleh banyak penderita kanker hati.
2.2.8. Pengobatan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan
radiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya
ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal
(soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar
berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya
metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah
ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati.
Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung
dengantindakan radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi
(pencangkokan) hati.
1.Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah
yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi
daerah sekitarnya.
Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang seluruh kanker dan tidak akan
menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita, karena bila tersisa tentu
kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum menyayat kanker dokter
ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan yang sehat.
Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu
dengan pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker dan
jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu menentukan di mana harus dibuat
sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu sebelum dioperasi.
Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah kanker sehingga
jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan
(feeding artery) yang diperlukan kanker untuk dapat tumbuh subur. Sesudah itu
barulah dilakukan tindakan radiologi Trans Arterial Embolisasi (TAE) yaitu
suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat menyumbat pembuluh darah
(feeding artery) itu sehingga menyetop suplai makanan ke sel-sel kanker dan
dengan demikian kemampua hidup (viability) dari sel-sel kanker akan sangat
menurun sampai menghilang.
Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy (TAC)
dengan tujuan sebelum ditutup feeding artery lebih dahulu kanker-nya disirami
racun (chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah kena racun dan ditutup
lagi suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar akan mati dan tak dapat
berkembang lagi dan bila sel-sel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu
dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh.
Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang dilakukan olehdokter spesialis
radiologi disebut tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu
TAE ini juga untuk tujuan supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat
operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker dengan demikian memudahkan
dokter ahli bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus
diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang
berkompentensi dan yang dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah benar
pinggir sayatan sudah bebas kanker.
Bila benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi
jaringan kanker yang masih tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian
diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan meracuni sel-sel kanker agar
tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.
Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian
onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui
pmbuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin 80 mg digabung dengan
mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup
penderita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.
2.TindakanNon-bedah Hati
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada stadium
lanjut.. Termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:
a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang
datangnyabersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul
banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan
demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neo-vascularisasi) yang merupakan
cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh darah pemberi
makanan (feeding artery) Tindakan TAE ini menyumbat feeding artery. Caranya
dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang
seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan
seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya
masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (di-embolisasi)
dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan
dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti
dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum dilakukan embolisasi
dilakukan tindakan trans arterial chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi
melalui feeding artery itu maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang
mematikan. Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar
terjamin mati dan tak berkembang lagi.Dengan dasar inilah embolisasi dan
injeksi kemoterapi intra-arterial dikembangkan dan nampaknya memberi harapan
yang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup
penderita dengan cara ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per
sepuluh tahunnya bisa mencapai 50%.
b. Infus Sitostatika Intra-arterial
Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal berasal
dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas mendapat
nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika. Bila Vena porta
tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati normal akan
terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti kenapa pasien
cepat meninggal bila sudah ada penyumbatan vena porta ini .
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke
cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak
dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau
karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.
Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi dengan
adriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau dapat
juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil).
Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infus
sitostatika intra-arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double lumen
balloncatheter yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri hepatika. Setelah
ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan
dalam keadaan ballon mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah
memperlama kontak sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup
pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30% dibandingkan
dengan tanpa pengobatan adalah20% dan 10%.20
c. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan
atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan
lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya.
Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping
ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanya
dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut.
Sebagian besar peneliti melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker
bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada
garis tengah kurang dari 3 cm.
Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor mengalami
nekrosis yang lengkap.
Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini
dengan jumlah lesi tidak lebih dari3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa
lesi tunggal merupakan kasus yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun
kelihatannya cara ini mungkin dapat menolong tetapi tidak banyak penelitian
yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi
hasil yang cukup baik.
d. Terapi Non-bedah Lanilla
Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya dilakukan bila
terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial
Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukan
lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio Frequency Ablation Therapy (RFA),Proton
Beam Therapy, Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery
yang kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu) bukan kuratif (menyembuhkan)
keseluruhannya.
e. Tindakan Transplantasi Hati
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan
ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati
terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta (thrombus
vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi
hati.
Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke
dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi
dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong
pasien. Akan tetapi,langkah menuju transplantasi hati tidak mudah, pasalnya
ketersediaan hati untuk di-transplantasikan sangat sulit diperoleh seiring
kesepakatan global yang melarang jual beli organ tubuh.
Selain itu, biaya transplantasi tergolong sangat mahal. Dan pula sebelum proses
transplantasi harus dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes jaringan
tubuh dan darah yang tujuannya memastikan adanya kesamaan/kecocokan tipe
jaringan tubuh pendonor dan pasien agar tidak terjadi penolakan terhadap hati
baru. Penolakan bisa berupa penggerogotan hati oleh zat-zat dalam darah yang
akan menimbulkan kerusakan permanen dan mempercepat kematian penderita. Seiring
keberhasilan tindakan transplantasi hati, usia pasien setidaknya akan lebih
panjang lima tahun.
2.2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran
cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom
hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan
fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan
sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi. Terjadinya
gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir
abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan
sindrom hepatorenal masih belum memuaskan; masih banyak kegagalan sehingga
menimbulkan kematianPrognosis pasien dengan penyakit ini buruk.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Hematoma
B. Konsep Dasar
1. Pengkajian
Gejala Klinik
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia,
rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada
metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1. Ascites
2. Ikterus
3. Hipoalbuminemia
4. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian
Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1. Gangguan metabolisme
2. Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5. Hipoproteinemia
6. Jaundice/icterus
7. Komplikasi endokrin
8. Aktivitas terganggu akibat pengobatan
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. tidak seimbangan nutrisi
berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di
hati.
TUJUAN :
1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn
normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi
2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .
INTERVENSI
1. Pantau masukan makanan setiap
hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan
adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg
dibagi bagi selama sehari.
3. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah
pemberian agent antineoplastik yang sesuai .
RASIONAL :
1. Keefektifan penilaian diet
individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk
menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk
menghilangkan produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm
mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
3. Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis
kemoterapi yang menimbulkan stess.
B. Nyeri berhubungan dengan
tegangnya dinding perut ( asites )
TUJUAN
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi nyeri.
2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal
pada AKS
INTERVENSI
1. Tentukan riwayat nyeri
misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan
penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan
dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai
RASIONAL
1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi
misalnya : nyeri adalahindividual yang digabungkan baik respons fisik dan
emesional
2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
C. Intoleransi aktivitas b.d
ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan
TUJUAN :
1. dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.
INTERVENSI
1. dorong pasein untuk melakukan
apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat tidur,
berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/
frekuensi jantung / pernapasan.
3. beri oksigen sesuai indikasi
RASIONAL
1. meningkatkan kekuatan /
stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan
memperberat keletihan.
D. Resiko terjadinya gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema
dan asites
TUJUAN :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan
penyembuhan
INTERVENSI
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau
perlambatan penyembuhan .
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari
pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali
seijin dokter
RASIONAL
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat
terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang
tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata
0 komentar:
Posting Komentar