Askep malaria
MALARIA
Landasan
Teori
A. Pengertian
Malaria
adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer,
2001, hal 406)
Malaria
adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa
spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk ( Pearce,
Evelyn C. 2000)..
Malaria
adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja,
2000)
Malaria
adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali.
B. Etiologi
Protozoa
genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang terdiri dari empat
spesies, yaitu :
1) Plasmodium
falcifarum penyebab malaria tropika
Memberikan
banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten
dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48
jam)
2) Plasmodium
ovale penyebab malaria ovale
Dijumpai
pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara
dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
3) Plasmodium
vivax penyebab malaria tertiana
Merupakan
infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada
tiap hari ke tiga).
4) Plasmodium
malariae penyebab malarua Quartanu
Jarang
ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat)
Malaria
juga melibatkan proses perantara yaitu manusia maupun vertebra lainnya, dan
rosper definitif yaitu nyamuk anopheles.
C. Patofisiologi
berdasarkan Jenis Malaria
a.
Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria
tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,
ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang
banyak dan sering terjadi komplikasi.Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria
tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium
Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler
dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali
lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria
Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b.
Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai
tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya
lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai
hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/
rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih
kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali
setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual,
pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat
terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa
uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium
Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8
merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai
untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale
biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang
paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa
inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa
terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium
Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari
eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24
merozoit
Ovale
dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir
memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria
jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan
jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria
yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.
D. Tanda
dan Gejala
Pada
anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria tanda dan
gejala yang dapat ditemukan adalah :
Demam
Demam
periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada
malaria tertiana (P. Vivax dan P. Ovale). Pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke 3, sedangkan malaria kuartania (P.
Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap
seangan ditandai dengan bebeapa serangan demam periodik. Demam khas malaria
terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit – 1 jam), puncak demam (2 – 6
jam), dan tingkat berkeringat (2 – 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan
karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon
imun.
Splenomegali
Merupakan
gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang
bertambah.
Anemia
Derajat
anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling kerap adalah anemia karena
P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran
eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama
c. Gangguan
pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam sum-sum tulang belakang.
d. Ikterus
Disebabkan
karena hemolisis dan gangguan hepar.
E.
Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis
malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium)
di dalam penderita. Uji
imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai
pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau
ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat
dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya
parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali
yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk
itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1)
Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2)
Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger
prick)
dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter
untuk sedian tipis.
3)
Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
4)
Identifikasi spesies plasmodium
5)
Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium
dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
2. QBC
(Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip
dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan
spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
3.
Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan
imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
4. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan
biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam
darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya
di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari).
Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
b.
Malaria Ovale
Berikan
kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari).
Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6
jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di
kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c.
Malaria Falcifarum
Kombinasi
sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari
selama 7 hari
G.
Komplikasi
Menurut
Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit malaria adalah :
a.
Malaria otak
Malaria
otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara
lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul
dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau
menyeluruh.
b.
Anemia berat
Komplikasi
ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%.
Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya , penurunan aliran darah keginjal,
yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi
pada glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi
ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi
pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan
kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory
Distress Syndrome (ARDS).
G. Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dasar
data pengkajian
a.
Aktivitas/ istirahat
Gejala
: Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
b.
Sirkulasi
Tanda
: Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat
(fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat
dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
c.
Eliminasi
Gejala
: Diare atau konstipasi;
penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
Tanda : Distensi abdomen
d.
Makanan dan cairan
Gejala
: Anoreksia mual dan muntah
Tanda
: Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan
Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
e.
Neuro sensori
Gejala
: Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda
: Gelisah, ketakutan, kacau
mental, disorientas deliriu atau
koma.
f. Pernapasan.
f. Pernapasan.
Tanda
: Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
g.
Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala
: Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler,
1999):
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem kekebalan
tubuh; prosedur tindakan invasif
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman
pada hipotalamus.
d. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang
pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana
keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas
adalah
:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Intervensi
:
1) Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional
: mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang
tepat
Rasional
: Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah
periode anoreksia
3) Pertahankan
jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4) Diskusikan
yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala
lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional
: Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem tubuh
(pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.
Intervensi :
1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan
1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan
hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan
perkembangan
status syok/ penurunan perfusi jaringan.
2)
Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali
mendahului memuncaknya suhu pada infeksi
umum.
3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk
3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk
memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak
tepatan terapi antibiotik atau
pertumbuhan dari organisme.
4)
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas
sementara untuk infeksi
umum
5) Dapatkan spisemen darah.
5) Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi
malaria
c Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek
c Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek
langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
intervensi
:
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola
demam
menunjukkan diagnosis.
2)
Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
3)
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional
: Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol
mungkin
menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan
kulit.
4) Berikan antipiretik.
4) Berikan antipiretik.
Rasional
: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
5)
Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
d Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
d Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen,
memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
2)
Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan
hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang
menyerang darah
3)
Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional
: Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah
atau lambat karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah jantung dan
vaso kontriksi perifer.
5) Kaji
frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
6) Berikan
cairan parenteral.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
e Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
e Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
Iintervensi:
1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional
: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
2)
Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek
samping dan ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam
penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
3) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
3) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan
penyembuhan.
5) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
5) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
Rasional
: Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab
penyakit yang ada
6)
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
7)
Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
1 komentar:
silahkan yg mw bertanya
Posting Komentar